Nasi-Jinggo |
Makanan
ini sangat terkenal di Bali. Bukan hanya harganya yang terjangkau, tapi rasa
pedas yang menyengat dari cabai Bali membuat makanan ini sering dicari oleh
para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Nasi jinggo ini isinya ada 2 macam,
yaitu nasi jinggo sapi atau ayam, dimana isi daging ayam atau sapinya hanya
sedikit sekali (disuwir), dengan tambahan sedikit mie, tempe kering, dan
serundeng. Mungkin Anda bertanya tanya kenapa semua isi nya sedikit? Karena
memang porsi nasi jinggo hanya seukuran kepalan tangan orang dewasa, hampir
mirip dengan nasi kucing khas Jogja. Perbedaannya adalah nasi jinggo
menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya.
Nah, mengenai harga nasi jinggo ini, seperti saya
bilang, sangat terjangkau. Sebungkus hanya sekitar Rp 2500-Rp 3000. Murah kan?
Sesuai dengan porsinya yg mini. Untuk mendapatkan nasi jinggo ini tergolong
mudah, karena hampir setiap sudut kota di Bali menjual makanan nasi jinggo ini,
baik itu di Jalan Sudirman, Gajah Mada, Jalan Sesetan dan sebagainya. Atau ada
juga pedagang yang menggunakan sepeda untuk menjual nasi jinggo. Harganya
relatif lebih murah dibanding dengan yang menjualnya di kaki lima. Tapi rasanya
agak sedikit kurang nikmat dibanding di kaki lima, walau harganya bisa lebih
murah sekitar Rp 500,-. Selain bisa
dibungkus, nasi jinggo bisa dinikmati di tempat orang yang menjualnya, karena
mereka menyediakan lesehan supaya pengunjung bisa menikmati nasi jinggo dengan
santai dan nyaman.
Bagi Anda yg kurang suka dengan pedas, lebih baik
menyisihkan sambalnya dari nasi jinggo sebelum Anda menyantapnya. Teman saya
yang hobi pedas sempat kewalahan ketika menyantap nasi jinggo dengan sambalnya,
sampai dia harus minum air mineral dingin satu botol untuk menghilangkan rasa
panas dar sambalnya hehehe....Menurut keterangan beberapa orang Bali, sambal
nasi jinggo dibuat dari cabai yang hanya ditanam di Bali. Bentuknya seperti
cabai rawit, tapi ukurannya lebih kecil. Namun rasa
pedasnya....nyuuusss....melebihi cabai rawit yang kita kenal. Maka dari itu,
sisihkan saja sambalnya jika Anda tidak menyukai pedas.
Jangan sampai lupa untuk mencicipi nasi jinggo
ini ketika Anda ada di Bali. Selamat menikmati sensasi dari nasi jinggo khas
Bali...
Beberapa tahun lalu, ketika saya berkunjung ke Bali untuk liburan, saya
menggunakan jasa sewa mobil berikut dengan drivernya. Saya minta kepada
perusahaan jasa sewa mobil itu untuk memberikan saya seorang driver yang
merupakan penduduk asli Bali. Akhirnya, mereka menyanggupi dan mobil beserta driver
nya langsung menuju ke hotel tempat saya menginap. Alasan saya menggunakan
driver yg merupakan penduduk asli untuk mempermudah ke tempat2 wisata yang ada
di Bali, maupun untuk ke tempat2 kuliner yang terkenal di Bali. Akhirnya mobil
dan drivernya sampai ke hotel saya. Saya berkenalan dengan driver tersebut.
Namanya Bagus. Selanjutnya saya panggil driver ini Pak Bagus.
Akhirnya saya memutuskan untuk mengisi perut dahulu karena hari sudah siang. Saya menanyakan pada Pak Bagus tempat makan di Bali yang harganya terjangkau dan rasa yang nikmat. Pak Bagus sempat bertanya apakah saya suka pedas atau tidak. Saya bilang saya suka pedas. Akhirnya Pak Bagus menyarankan untuk makan di satu kedai yang bernama Nasi Pedas Andhika. Saya mengiyakan saja dan pak Bagus langsung mengarahkan mobil ke arah Jl. Raya Kuta, tempat dimana Nasi Pedas Andhika ini berada. Sesampainya di tempat yang dimaksud, saya langsung turun dan melihat sebuah gerobak kaca yang panjang, dimana di dalam kaca itu telah tersusun rapi beberapa macam sayuran dan lauk pauk. Hmmm....modelnya seperti nasi rames atau warteg di Jakarta. Tapi saya yakin ada sesuatu yang khas dari Nasi Pedas Andhika ini.
Letak kedai ini ternyata tidak jauh dari toko kaos Joger, kaos yg berisikan tulisan2 dengan kata2 yang bernada humoris. Lokasinya strategis, karena berada di pinggir jalan raya yang ramai. Saya pun langsung menuju ke gerobak nasi dan melihat lihat sayur dan lauk yang tersedia. Banyak sekali macam2 lauk dan sayur di Nasi Pedas Andhika ini. Ada ayam suwir, daging, telor, perkedel, sate, kulit ayam, dan masih banyak lagi lainnya. Akhirnya saya memesan nasi dengan ayam suwir dan sedikit sayuran. Saya menyuruh pak Bagus untuk pesan juga. Ketika si penjual menanyakan pada saya pakai sambal atau tidak, pak Bagus langsung mendekati saya dan berbisik untuk mengambil sambal sedikit saja karena sambalnya pedas sekali. Akhirnya saya menuruti perkataan pak Bagus, dan bilang ke penjual untuk menaruh sedikit sambal saja ke nasi saya. Setelah makanan kami siap, si penjual menyerahkan kertas kecil yang bertuliskan harga makanan yang kami pesan. Punya saya hanya Rp 13rb. Punya pak Bagus Rp 10rb. Wah murah juga, sambil saya melihat piring saya yang berisikan ayam suwir yang cukup banyak. Harganya memang terjangkau sekali bagi saya sebagai seorang wisatawan lokal. Lalu kami duduk dan mulai menyantap makanan yang kami pesan, sambil ngobrol ringan.
Menurut pak Bagus, nasi pedas Andhika ini sudah hampir 30 thn umurnya. Dan tempat makan ini memang merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang merupakan pecinta kuliner. Disamping itu, Nasi Pedas Andhika buka 24 jam, bisa dijadikan alternatif ketika lapar menyerang Anda pada waktu malam atau subuh. Ketika saya mengambil sedikit sambal dan melahapnya dengan nasi dan sedikit sayuran, langsung terasa pedas yang menyengat. Saya sampai terdiam sejenak dan berhenti mengunyah, mencoba menetralisir rasa pedas tersebut sesaat. Pak Bagus yang melihat saya terdiam, hanya bisa tersenyum dan bilang ke saya, seperti yang saya bilang, sambalnya pedas sekali kan, Pak? Memang luar biasa rasa pedasnya, padahal saya cuma makan sedikit. Seperti yang saya duga sebelumnya, ternyata yang khas dari Nasi Pedas Andhika, sesuai namanya, yaitu rasa pedas dari sambalnya yang bisa menggugah selera makan. Keringat mulai menetes di dahi saya, ketika saya melanjutkan menyantap makanan saya. Begitu juga pak Bagus. Tapi entah kenapa, dengan adanya keringat, kami malah makan dengan lebih lahap lagi. Mungkin inilah salah satu kenikmatan makan di Nasi Pedas Andhika, rasa pedas dan berkeringat hehehehe...
Setelah selesai makan, kami ke kasir dan membayar makanan yang telah kami santap. Saya membeli sedikit ayam suwir untuk santap malam nanti. Saya tanya ke penjual apa boleh saya membeli ayam suwirnya Rp 10 Ribu Rupiah. Dia bilang boleh. Dengan cekatan dia menaruh ayam suwir di kertas pembungkus. Sebelum dibungkus, saya kaget melihat banyaknya ayam suwir yg diberikan dengan harga 10 Ribu Rupiah. Benar benar terjangkau dari segi harga dan porsinya pun banyak. Belum lagi dari segi rasa, memang nikmat dan sesuai dengan harga yang dikenakan untuk setiap makanan yg dijual di Nasi Pedas Andhika ini.
Sempatkan diri Anda untuk mengunjungi kedai Nasi Pedas Andhika ini. Rasakan sambalnya yang pedasnya menyengat dan nikmatilah makan dengan berpeluh keringat. Semoga bermanfaat.
2. Nasi Pedas Andhika, Jl. Raya Kuta Gg. Kubu 120C (Seberang Supernova minimarket - Kuta)
Kuta/Badung, Telp. 0815
583 18187, 0813 3872 8749
Nasi-Pedas-Andhika |
Akhirnya saya memutuskan untuk mengisi perut dahulu karena hari sudah siang. Saya menanyakan pada Pak Bagus tempat makan di Bali yang harganya terjangkau dan rasa yang nikmat. Pak Bagus sempat bertanya apakah saya suka pedas atau tidak. Saya bilang saya suka pedas. Akhirnya Pak Bagus menyarankan untuk makan di satu kedai yang bernama Nasi Pedas Andhika. Saya mengiyakan saja dan pak Bagus langsung mengarahkan mobil ke arah Jl. Raya Kuta, tempat dimana Nasi Pedas Andhika ini berada. Sesampainya di tempat yang dimaksud, saya langsung turun dan melihat sebuah gerobak kaca yang panjang, dimana di dalam kaca itu telah tersusun rapi beberapa macam sayuran dan lauk pauk. Hmmm....modelnya seperti nasi rames atau warteg di Jakarta. Tapi saya yakin ada sesuatu yang khas dari Nasi Pedas Andhika ini.
Letak kedai ini ternyata tidak jauh dari toko kaos Joger, kaos yg berisikan tulisan2 dengan kata2 yang bernada humoris. Lokasinya strategis, karena berada di pinggir jalan raya yang ramai. Saya pun langsung menuju ke gerobak nasi dan melihat lihat sayur dan lauk yang tersedia. Banyak sekali macam2 lauk dan sayur di Nasi Pedas Andhika ini. Ada ayam suwir, daging, telor, perkedel, sate, kulit ayam, dan masih banyak lagi lainnya. Akhirnya saya memesan nasi dengan ayam suwir dan sedikit sayuran. Saya menyuruh pak Bagus untuk pesan juga. Ketika si penjual menanyakan pada saya pakai sambal atau tidak, pak Bagus langsung mendekati saya dan berbisik untuk mengambil sambal sedikit saja karena sambalnya pedas sekali. Akhirnya saya menuruti perkataan pak Bagus, dan bilang ke penjual untuk menaruh sedikit sambal saja ke nasi saya. Setelah makanan kami siap, si penjual menyerahkan kertas kecil yang bertuliskan harga makanan yang kami pesan. Punya saya hanya Rp 13rb. Punya pak Bagus Rp 10rb. Wah murah juga, sambil saya melihat piring saya yang berisikan ayam suwir yang cukup banyak. Harganya memang terjangkau sekali bagi saya sebagai seorang wisatawan lokal. Lalu kami duduk dan mulai menyantap makanan yang kami pesan, sambil ngobrol ringan.
Menurut pak Bagus, nasi pedas Andhika ini sudah hampir 30 thn umurnya. Dan tempat makan ini memang merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang merupakan pecinta kuliner. Disamping itu, Nasi Pedas Andhika buka 24 jam, bisa dijadikan alternatif ketika lapar menyerang Anda pada waktu malam atau subuh. Ketika saya mengambil sedikit sambal dan melahapnya dengan nasi dan sedikit sayuran, langsung terasa pedas yang menyengat. Saya sampai terdiam sejenak dan berhenti mengunyah, mencoba menetralisir rasa pedas tersebut sesaat. Pak Bagus yang melihat saya terdiam, hanya bisa tersenyum dan bilang ke saya, seperti yang saya bilang, sambalnya pedas sekali kan, Pak? Memang luar biasa rasa pedasnya, padahal saya cuma makan sedikit. Seperti yang saya duga sebelumnya, ternyata yang khas dari Nasi Pedas Andhika, sesuai namanya, yaitu rasa pedas dari sambalnya yang bisa menggugah selera makan. Keringat mulai menetes di dahi saya, ketika saya melanjutkan menyantap makanan saya. Begitu juga pak Bagus. Tapi entah kenapa, dengan adanya keringat, kami malah makan dengan lebih lahap lagi. Mungkin inilah salah satu kenikmatan makan di Nasi Pedas Andhika, rasa pedas dan berkeringat hehehehe...
Setelah selesai makan, kami ke kasir dan membayar makanan yang telah kami santap. Saya membeli sedikit ayam suwir untuk santap malam nanti. Saya tanya ke penjual apa boleh saya membeli ayam suwirnya Rp 10 Ribu Rupiah. Dia bilang boleh. Dengan cekatan dia menaruh ayam suwir di kertas pembungkus. Sebelum dibungkus, saya kaget melihat banyaknya ayam suwir yg diberikan dengan harga 10 Ribu Rupiah. Benar benar terjangkau dari segi harga dan porsinya pun banyak. Belum lagi dari segi rasa, memang nikmat dan sesuai dengan harga yang dikenakan untuk setiap makanan yg dijual di Nasi Pedas Andhika ini.
Sempatkan diri Anda untuk mengunjungi kedai Nasi Pedas Andhika ini. Rasakan sambalnya yang pedasnya menyengat dan nikmatilah makan dengan berpeluh keringat. Semoga bermanfaat.
3. Ayam Betutu Khas Gilimanuk, Jalan
Merdeka No 88, Renon
Ayam-Betutu-Khas-Gilimanuk |
Setelah mencicipi Nasi Pedas
Andhika, keesokan harinya, saya sambil disupiri pak Bagus, kembali mencari
tempat makan khas Bali. Tapi sebelumnya, saya mengunjungi beberapa tempat
wisata seperti pantai Kuta dan Sanur. Ketika menjelang jam makan siang, barulah
saya menanyakan pak Bagus tempat makanan yang lain. Pak Bagus menyarankan untuk
mencicipi masakan ayam betutu khas Gilimanuk. Wah...namanya saja aneh. Awalnya
saya menolak, tapi setelah dijelaskan pak Bagus, akhirnya saya memberanikan
diri untuk makan di resto ayam betutu khas Gilimanuk.
Ternyata resto tersebut tidak
jauh dari hotel tempat saya menginap. Menurut pak Bagus resto ini sudah membuka
beberapa cabang di Bali, dan kebetulan salah satunya ada di Jalan Merdeka. Kami
pun turun dari mobil dan masuk menuju restoran. Suasana masih agak sepi,
mungkin karena letaknya yang tidak dekat dengan tujuan wisata yang ada di
pantai Kuta, jadi pengunjungnya hanya beberapa orang saja. Saya dan pak Bagus
duduk di salah satu meja. Tidak lama, salah seorang pelayan datang, membawa
menu. Saya melihat menu itu, namun dari makanan yang ada di menu, saya hanya
pernah merasakan plecing kangkung saja. Yang lain masih asing bagi saya. Maka
dari itu, saya menyerahkan sepenuhnya pesanan kepada pak Bagus yang lebih
mengerti tentang makanan yang ada di restoran Ayam Betutu ini.
Pak Bagus pun memesan satu ekor
ayam betutu, saya memesan plecing kangkung, dan es teh manis sebagai minuman
kami. Sambil menunggu pesanan, pak Bagus sedikit bercerita tentang pemilik
rumah makan ini. Dulunya, pemilik restoran ini adalah seorang pelawak yang
cukup terkenal di Bali. Tidak heran logo yang ada di resto ini menggambarkan
sesosok kepala orang dengan muka seperti badut, namun badannya berbentuk seekor
ayam. Sangat kreatif dan lucu. Setelah itu, saya dan pak Bagus melanjutkan
pembicaraan tentang tempat-tempat yang akan kami tuju setelah makan di restoran
Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini.
Akhirnya pesanan kami pun datang.
Wow...saya terkejut melihat porsi ayam betutu yang datang ke meja kami. Porsinya
cukup besar untuk dua orang. Ayam yang telah dibumbui dan berwarna kuning,
diletakkan di atas piring oval besar, dan dibawah ayam tersebut terdapat kuah
bening yg berwarna kekuning-kuningan juga. Bersamaan dengan itu, datang juga
plecing kangkung, yang diatasnya ditaroh sambal berwarna merah menggoda selera.
Juga 2 piring nasi hangat untuk menemani saya dan pak Bagus untuk memakan Ayam
Betutu ini, dan minuman es teh manis kami.
Saya pun mengambil sedikit bagian
dada ayam. Begitu saya santap, hmmm....dagingnya lembut sekali, juga bumbunya
benar-benar meresap masuk ke dalam daging ayam ini. Belum lagi rasa kuahnya
yang segar membuat saya dan pak Bagus semakin lahap menyantap ayam betutu ini.
Lalu saya ambil sedikit plecing kangkungnya...hmmm....kangkungnya juga lembut, ditambah
sambel merahnya yang benar benar pedas. Benar benar nikmat kangkung nya. Kami
terus makan dengan lahap, sampai tidak sadar, ayam betutu yang besar itu habis
oleh saya dan Pak Bagus hehehe...
Kami pun masih mengobrol sambil
minum minuman pesanan kami. Karena hari sudah siang dan kami masih harus ke
tempat wisata lain, akhirnya saya pun memanggil pelayan untuk menghitung semua
makanan yang kami pesan. Jujur, saya lupa berapa harga makanan yang saya dan
pak Bagus santap. Mungkin sebelum kesana, Anda bisa menanyakan dulu kepada
teman-teman atau saudara-saudara yang pernah ke restoran Ayam Betutu Khas Gilimanuk
ini. Yang hanya saya ingat adalah uang yang saya bayarkan sebanding dengan rasa
ayam betutunya dan pelayanan yang cepat dan ramah.
Silahkan mencoba masakan Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini ketika Anda berkunjung ke Bali, Semoga bermanfaat.
4. Bebek Bengil, Ubud, Jalan Padang Tegal, Ubud. Tel. (0361) 975489. Fax: (0361)
975546
Bebek-Bengil |
Saya sudah sering mendengar tentang adanya
masakan bebek goreng yang terkenal di Bali, yaitu bebek Bengil. Letak restoran
bebek Bengil ini berada di daerah Ubud, daerah yang terkenal dengan pengairan
sawahnya yang berundak undak, dimana oleh banyak orang dengan nama sistim
pengairan subak. Ketika saya dijemput di hotel di hari berikutnya, saya meminta
pak Bagus untuk membawa saya ke restoran bebek Bengil tersebut. Pak Bagus mulai
mengarahkan mobilnya ke daerah Ubud, tapi tidak melewati jalan protokol. Dia
memilih jalan-jalan kecil, dimana banyak sekali pematang sawah terhampar di
pinggir jalan. Saya tidak menyia nyiakan kesempatan ini untuk berhenti sejenak
di pematang sawah ini, untuk mengambil dokumentasi dengan kamera saya.
Akhirnya, setelah hampir satu jam lebih
perjalanan, masuklah kita ke daerah Ubud. Untuk informasi, daerah ini terkenal
karena banyaknya seniman2 lukisan atau seni pahat yang tinggal di Ubud. Contoh
pelukis yang terkenal dan tinggal di Ubud adalah Antonio Blanco, seorang
pelukis dari mancanegara yang memutuskan tinggal di Ubud, karena terkesan
dengan keindahan yang ada disana. Banyak galeri-galeri lukisan atau toko-toko
yang menjual lukisan, kerajinan tangan, dan ukiran-ukiran khas Bali. Setelah
melewati deretan toko-toko dan galeri-galeri lukisan, sampailah kami ke
restoran yang dituju, yaitu bebek Bengil. Setelah memarkir mobil, kami pun
turun menuju ke dalam restoran tersebut.
Di pintu masuk, kami telah disambut oleh bunyi
gamelan dengan musik khas Bali. Ruangannya cukup besar, dengan bangku-bangku
kayu serta meja bundar untuk para tamu yang ingin bersantap di restoran tersebut.
Di bagian belakang restoran ini, terdapat hamparan sawah yang luas, sehingga
suasana di restoran bertambah sejuk dan asri dengan adanya pemandangan
tersebut. Di sisi pematang sawah tersebut, dibangun pondokan-pondokan sebagai
tempat para tamu untuk bersantap. Mirip dengan saung yang ada di Sunda.
Sayangnya, saung-saung tersebut sudah penuh ketika kami sampai. Akhirnya, kami
menempati meja yang ada di dekat pelataran parkir mobil. Angin sepoi-sepoi pun
berhembus ketika kami duduk di bangku yang tersedia. Tidak lama, seorang
pelayan datang membawa menu. Saya dan Pak Bagus membuka dan melihat menu
makanan yang tersedia di resto tersebut.
Saya memutuskan untuk memesan bebek Bengil
goreng, dan Pak Bagus memesan nasi campur Bali. Setelah itu, kami memesan minuman.
Setelah mencatat pesanan kami, si pelayan pun pergi. Saya masih melihat menu
makanan. Ternyata ada juga makanan-makanan yang berasal dari negara barat,
seperti mashed potato dan stuffed chicken breast. Mungkin karena tamu-tamu
disini ada yang berasal dari negara asing, si pemilik menambahkan menu-menu
tersebut di jajaran masakan restoran bebek Bengil ini. Setelah menunggu agak
lama karena keadaan resto yang ramai oleh pengunjung, pesanan pun datang. Wah,
saya agak kaget melihat porsi bebek goreng yang saya pesan. Ukuran bebeknya
lumayan besar, sekitar setengah ekor, ditambah dengan nasi putih, sambal
mentah, dan lawar yang disediakan terpisah. Saya melihat pesanan Pak Bagus.
Porsinya juga lumayan besar. Ada nasi putih, sate lilit, dan berbagai macam
sayuran. Kami pun mulai menyantap makanan masing-masing.
Hmmm...rasa bebeknya gurih dan garing. Saya
sempat tergigit tulang kecil bebek yang saya makan. Ternyata bisa dimakan dan
rasanya juga renyah. Belum lagi rasa dagingnya yang lembut dan kaya akan bumbu
bumbu khas Indonesia. Dan tidak ada bau amis, seperti bebek bebek lain yang
pernah saya makan. Perasaan saya adalah bebek ini telah direndam terlebih
dahulu dengan bumbu-bumbu khusus selama beberapa jam, sehingga rasa bumbu bumbu
ini meresap sampai ke dalam dagingnya. Ditambah dengan sambal mentahnya yang
memang pedas, memang tidak salah kalau bebek Bengil ini begitu terkenal di
kalangan para pecinta kuliner domestik maupun international. Saya menanyakan
pada Pak Bagus bagaimana rasa nasi campur yang dia pesan. Dia bilang sate
lilitnya lembut, nasinya pulen, dan rasa di berbagai sayurannya memang penuh
dengan cita rasa khas Bali, pedas dan spicy. Jadi, saya mengambil kesimpulan,
secara keseluruhan untuk bebek dan nasi campurnya sepertinya merupakan menu
andalan di restoran bebek Bengil ini.
Untuk harga makanan di restoran bebek Bengil ini,
memang lumayan tinggi dibanding makanan yang pernah saya makan di tempat lain.
Ketika saya makan disana waktu itu (thn 2009), untuk porsi yang saya pesan, harganya
sekitar Rp 80.000 kalau tidak salah. Untuk nasi campurnya, saya lupa. Tapi
dengan porsi dan rasanya, saya rasa cukup pantas dan sesuai, karena saya puas
sekali makan di restoran ini. Suasana resto yang asri, sejuk, ditambah
pelayanan yang ramah, membuat saya ingin kembali kesana kalau saya ke Bali
lagi.
Buat Anda yang ingin ke Bali, luangkan waktu sejenak
untuk amkan di resotan bebek Bengil ini. Semoga apa yang saya rasakan, bisa
Anda dapatkan juga ketika makan disana. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment