Kuliner Khas Bali

1. Nasi Jinggo

Nasi-Jinggo
Makanan ini sangat terkenal di Bali. Bukan hanya harganya yang terjangkau, tapi rasa pedas yang menyengat dari cabai Bali membuat makanan ini sering dicari oleh para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Nasi jinggo ini isinya ada 2 macam, yaitu nasi jinggo sapi atau ayam, dimana isi daging ayam atau sapinya hanya sedikit sekali (disuwir), dengan tambahan sedikit mie, tempe kering, dan serundeng. Mungkin Anda bertanya tanya kenapa semua isi nya sedikit? Karena memang porsi nasi jinggo hanya seukuran kepalan tangan orang dewasa, hampir mirip dengan nasi kucing khas Jogja. Perbedaannya adalah nasi jinggo menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya.

Nah, mengenai harga nasi jinggo ini, seperti saya bilang, sangat terjangkau. Sebungkus hanya sekitar Rp 2500-Rp 3000. Murah kan? Sesuai dengan porsinya yg mini. Untuk mendapatkan nasi jinggo ini tergolong mudah, karena hampir setiap sudut kota di Bali menjual makanan nasi jinggo ini, baik itu di Jalan Sudirman, Gajah Mada, Jalan Sesetan dan sebagainya. Atau ada juga pedagang yang menggunakan sepeda untuk menjual nasi jinggo. Harganya relatif lebih murah dibanding dengan yang menjualnya di kaki lima. Tapi rasanya agak sedikit kurang nikmat dibanding di kaki lima, walau harganya bisa lebih murah sekitar Rp 500,-.  Selain bisa dibungkus, nasi jinggo bisa dinikmati di tempat orang yang menjualnya, karena mereka menyediakan lesehan supaya pengunjung bisa menikmati nasi jinggo dengan santai dan nyaman. 

Bagi Anda yg kurang suka dengan pedas, lebih baik menyisihkan sambalnya dari nasi jinggo sebelum Anda menyantapnya. Teman saya yang hobi pedas sempat kewalahan ketika menyantap nasi jinggo dengan sambalnya, sampai dia harus minum air mineral dingin satu botol untuk menghilangkan rasa panas dar sambalnya hehehe....Menurut keterangan beberapa orang Bali, sambal nasi jinggo dibuat dari cabai yang hanya ditanam di Bali. Bentuknya seperti cabai rawit, tapi ukurannya lebih kecil. Namun rasa pedasnya....nyuuusss....melebihi cabai rawit yang kita kenal. Maka dari itu, sisihkan saja sambalnya jika Anda tidak menyukai pedas.

Jangan sampai lupa untuk mencicipi nasi jinggo ini ketika Anda ada di Bali. Selamat menikmati sensasi dari nasi jinggo khas Bali...

2. Nasi Pedas Andhika, Jl. Raya Kuta Gg. Kubu 120C (Seberang Supernova minimarket - Kuta) Kuta/Badung, Telp. 0815 583 18187, 0813 3872 8749

Nasi-Pedas-Andhika
Beberapa tahun lalu, ketika saya berkunjung ke Bali untuk liburan, saya menggunakan jasa sewa mobil berikut dengan drivernya. Saya minta kepada perusahaan jasa sewa mobil itu untuk memberikan saya seorang driver yang merupakan penduduk asli Bali. Akhirnya, mereka menyanggupi dan mobil beserta driver nya langsung menuju ke hotel tempat saya menginap. Alasan saya menggunakan driver yg merupakan penduduk asli untuk mempermudah ke tempat2 wisata yang ada di Bali, maupun untuk ke tempat2 kuliner yang terkenal di Bali. Akhirnya mobil dan drivernya sampai ke hotel saya. Saya berkenalan dengan driver tersebut. Namanya Bagus. Selanjutnya saya panggil driver ini Pak Bagus.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengisi perut dahulu karena hari sudah siang. Saya menanyakan pada Pak Bagus tempat makan di Bali yang harganya terjangkau dan rasa yang nikmat. Pak Bagus sempat bertanya apakah saya suka pedas atau tidak. Saya bilang saya suka pedas. Akhirnya Pak Bagus menyarankan untuk makan di satu kedai yang bernama Nasi Pedas Andhika. Saya mengiyakan saja dan pak Bagus langsung mengarahkan mobil ke arah Jl. Raya Kuta, tempat dimana Nasi Pedas Andhika ini berada. Sesampainya di tempat yang dimaksud, saya langsung turun dan melihat sebuah gerobak kaca yang panjang, dimana di dalam kaca itu telah tersusun rapi beberapa macam sayuran dan lauk pauk. Hmmm....modelnya seperti nasi rames atau warteg di Jakarta. Tapi saya yakin ada sesuatu yang khas dari Nasi Pedas Andhika ini.

Letak kedai ini ternyata tidak jauh dari toko kaos Joger, kaos yg berisikan tulisan2 dengan kata2 yang bernada humoris. Lokasinya strategis, karena berada di pinggir jalan raya yang ramai. Saya pun langsung menuju ke gerobak nasi dan melihat lihat sayur dan lauk yang tersedia. Banyak sekali macam2 lauk dan sayur di Nasi Pedas Andhika ini. Ada ayam suwir, daging, telor, perkedel, sate, kulit ayam, dan masih banyak lagi lainnya. Akhirnya saya memesan nasi dengan ayam suwir dan sedikit sayuran. Saya menyuruh pak Bagus untuk pesan juga. Ketika si penjual menanyakan pada saya pakai sambal atau tidak, pak Bagus langsung mendekati saya dan berbisik untuk mengambil sambal sedikit saja karena sambalnya pedas sekali. Akhirnya saya menuruti perkataan pak Bagus, dan bilang ke penjual untuk menaruh sedikit sambal saja ke nasi saya. Setelah makanan kami siap, si penjual menyerahkan kertas kecil yang bertuliskan harga makanan yang kami pesan. Punya saya hanya Rp 13rb. Punya pak Bagus Rp 10rb. Wah murah juga, sambil saya melihat piring saya yang berisikan ayam suwir yang cukup banyak. Harganya memang terjangkau sekali bagi saya sebagai seorang wisatawan lokal. Lalu kami duduk dan mulai menyantap makanan yang kami pesan, sambil ngobrol ringan.

Menurut pak Bagus, nasi pedas Andhika ini sudah hampir 30 thn umurnya. Dan tempat makan ini memang merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang merupakan pecinta kuliner. Disamping itu, Nasi Pedas Andhika buka 24 jam, bisa dijadikan alternatif ketika lapar menyerang Anda pada waktu malam atau subuh. Ketika saya mengambil sedikit sambal dan melahapnya dengan nasi dan sedikit sayuran, langsung terasa pedas yang menyengat. Saya sampai terdiam sejenak dan berhenti mengunyah, mencoba menetralisir rasa pedas tersebut sesaat. Pak Bagus yang melihat saya terdiam, hanya bisa tersenyum dan bilang ke saya, seperti yang saya bilang, sambalnya pedas sekali kan, Pak? Memang luar biasa rasa pedasnya, padahal saya cuma makan sedikit. Seperti yang saya duga sebelumnya, ternyata yang khas dari Nasi Pedas Andhika, sesuai namanya, yaitu rasa pedas dari sambalnya yang bisa menggugah selera makan. Keringat mulai menetes di dahi saya, ketika saya melanjutkan menyantap makanan saya. Begitu juga pak Bagus. Tapi entah kenapa, dengan adanya keringat, kami malah makan dengan lebih lahap lagi. Mungkin inilah salah satu kenikmatan makan di Nasi Pedas Andhika, rasa pedas dan berkeringat hehehehe...

Setelah selesai makan, kami ke kasir dan membayar makanan yang telah kami santap. Saya membeli sedikit ayam suwir untuk santap malam nanti. Saya tanya ke penjual apa boleh saya membeli ayam suwirnya Rp 10 Ribu Rupiah. Dia bilang boleh. Dengan cekatan dia menaruh ayam suwir di kertas pembungkus. Sebelum dibungkus, saya kaget melihat banyaknya ayam suwir yg diberikan dengan harga 10 Ribu Rupiah. Benar benar terjangkau dari segi harga dan porsinya pun banyak. Belum lagi dari segi rasa, memang nikmat dan sesuai dengan harga yang dikenakan untuk setiap makanan yg dijual di Nasi Pedas Andhika ini.

Sempatkan diri Anda untuk mengunjungi kedai Nasi Pedas Andhika ini. Rasakan sambalnya yang pedasnya menyengat dan nikmatilah makan dengan berpeluh keringat. Semoga bermanfaat.


3. Ayam Betutu Khas Gilimanuk, Jalan Merdeka No 88, Renon

Ayam-Betutu-Khas-Gilimanuk
Setelah mencicipi Nasi Pedas Andhika, keesokan harinya, saya sambil disupiri pak Bagus, kembali mencari tempat makan khas Bali. Tapi sebelumnya, saya mengunjungi beberapa tempat wisata seperti pantai Kuta dan Sanur. Ketika menjelang jam makan siang, barulah saya menanyakan pak Bagus tempat makanan yang lain. Pak Bagus menyarankan untuk mencicipi masakan ayam betutu khas Gilimanuk. Wah...namanya saja aneh. Awalnya saya menolak, tapi setelah dijelaskan pak Bagus, akhirnya saya memberanikan diri untuk makan di resto ayam betutu khas Gilimanuk.

Ternyata resto tersebut tidak jauh dari hotel tempat saya menginap. Menurut pak Bagus resto ini sudah membuka beberapa cabang di Bali, dan kebetulan salah satunya ada di Jalan Merdeka. Kami pun turun dari mobil dan masuk menuju restoran. Suasana masih agak sepi, mungkin karena letaknya yang tidak dekat dengan tujuan wisata yang ada di pantai Kuta, jadi pengunjungnya hanya beberapa orang saja. Saya dan pak Bagus duduk di salah satu meja. Tidak lama, salah seorang pelayan datang, membawa menu. Saya melihat menu itu, namun dari makanan yang ada di menu, saya hanya pernah merasakan plecing kangkung saja. Yang lain masih asing bagi saya. Maka dari itu, saya menyerahkan sepenuhnya pesanan kepada pak Bagus yang lebih mengerti tentang makanan yang ada di restoran Ayam Betutu ini. 

Pak Bagus pun memesan satu ekor ayam betutu, saya memesan plecing kangkung, dan es teh manis sebagai minuman kami. Sambil menunggu pesanan, pak Bagus sedikit bercerita tentang pemilik rumah makan ini. Dulunya, pemilik restoran ini adalah seorang pelawak yang cukup terkenal di Bali. Tidak heran logo yang ada di resto ini menggambarkan sesosok kepala orang dengan muka seperti badut, namun badannya berbentuk seekor ayam. Sangat kreatif dan lucu. Setelah itu, saya dan pak Bagus melanjutkan pembicaraan tentang tempat-tempat yang akan kami tuju setelah makan di restoran Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini.

Akhirnya pesanan kami pun datang. Wow...saya terkejut melihat porsi ayam betutu yang datang ke meja kami. Porsinya cukup besar untuk dua orang. Ayam yang telah dibumbui dan berwarna kuning, diletakkan di atas piring oval besar, dan dibawah ayam tersebut terdapat kuah bening yg berwarna kekuning-kuningan juga. Bersamaan dengan itu, datang juga plecing kangkung, yang diatasnya ditaroh sambal berwarna merah menggoda selera. Juga 2 piring nasi hangat untuk menemani saya dan pak Bagus untuk memakan Ayam Betutu ini, dan minuman es teh manis kami.

Saya pun mengambil sedikit bagian dada ayam. Begitu saya santap, hmmm....dagingnya lembut sekali, juga bumbunya benar-benar meresap masuk ke dalam daging ayam ini. Belum lagi rasa kuahnya yang segar membuat saya dan pak Bagus semakin lahap menyantap ayam betutu ini. Lalu saya ambil sedikit plecing kangkungnya...hmmm....kangkungnya juga lembut, ditambah sambel merahnya yang benar benar pedas. Benar benar nikmat kangkung nya. Kami terus makan dengan lahap, sampai tidak sadar, ayam betutu yang besar itu habis oleh saya dan Pak Bagus hehehe...

Kami pun masih mengobrol sambil minum minuman pesanan kami. Karena hari sudah siang dan kami masih harus ke tempat wisata lain, akhirnya saya pun memanggil pelayan untuk menghitung semua makanan yang kami pesan. Jujur, saya lupa berapa harga makanan yang saya dan pak Bagus santap. Mungkin sebelum kesana, Anda bisa menanyakan dulu kepada teman-teman atau saudara-saudara yang pernah ke restoran Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini. Yang hanya saya ingat adalah uang yang saya bayarkan sebanding dengan rasa ayam betutunya dan pelayanan yang cepat dan ramah.

Silahkan mencoba masakan Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini ketika Anda berkunjung ke Bali, Semoga bermanfaat.

4. Bebek Bengil, Ubud, Jalan Padang Tegal, Ubud. Tel. (0361) 975489. Fax: (0361) 975546
 
Bebek-Bengil
Saya sudah sering mendengar tentang adanya masakan bebek goreng yang terkenal di Bali, yaitu bebek Bengil. Letak restoran bebek Bengil ini berada di daerah Ubud, daerah yang terkenal dengan pengairan sawahnya yang berundak undak, dimana oleh banyak orang dengan nama sistim pengairan subak. Ketika saya dijemput di hotel di hari berikutnya, saya meminta pak Bagus untuk membawa saya ke restoran bebek Bengil tersebut. Pak Bagus mulai mengarahkan mobilnya ke daerah Ubud, tapi tidak melewati jalan protokol. Dia memilih jalan-jalan kecil, dimana banyak sekali pematang sawah terhampar di pinggir jalan. Saya tidak menyia nyiakan kesempatan ini untuk berhenti sejenak di pematang sawah ini, untuk mengambil dokumentasi dengan kamera saya. 

Akhirnya, setelah hampir satu jam lebih perjalanan, masuklah kita ke daerah Ubud. Untuk informasi, daerah ini terkenal karena banyaknya seniman2 lukisan atau seni pahat yang tinggal di Ubud. Contoh pelukis yang terkenal dan tinggal di Ubud adalah Antonio Blanco, seorang pelukis dari mancanegara yang memutuskan tinggal di Ubud, karena terkesan dengan keindahan yang ada disana. Banyak galeri-galeri lukisan atau toko-toko yang menjual lukisan, kerajinan tangan, dan ukiran-ukiran khas Bali. Setelah melewati deretan toko-toko dan galeri-galeri lukisan, sampailah kami ke restoran yang dituju, yaitu bebek Bengil. Setelah memarkir mobil, kami pun turun menuju ke dalam restoran tersebut.

Di pintu masuk, kami telah disambut oleh bunyi gamelan dengan musik khas Bali. Ruangannya cukup besar, dengan bangku-bangku kayu serta meja bundar untuk para tamu yang ingin bersantap di restoran tersebut. Di bagian belakang restoran ini, terdapat hamparan sawah yang luas, sehingga suasana di restoran bertambah sejuk dan asri dengan adanya pemandangan tersebut. Di sisi pematang sawah tersebut, dibangun pondokan-pondokan sebagai tempat para tamu untuk bersantap. Mirip dengan saung yang ada di Sunda. Sayangnya, saung-saung tersebut sudah penuh ketika kami sampai. Akhirnya, kami menempati meja yang ada di dekat pelataran parkir mobil. Angin sepoi-sepoi pun berhembus ketika kami duduk di bangku yang tersedia. Tidak lama, seorang pelayan datang membawa menu. Saya dan Pak Bagus membuka dan melihat menu makanan yang tersedia di resto tersebut.

Saya memutuskan untuk memesan bebek Bengil goreng, dan Pak Bagus memesan nasi campur Bali. Setelah itu, kami memesan minuman. Setelah mencatat pesanan kami, si pelayan pun pergi. Saya masih melihat menu makanan. Ternyata ada juga makanan-makanan yang berasal dari negara barat, seperti mashed potato dan stuffed chicken breast. Mungkin karena tamu-tamu disini ada yang berasal dari negara asing, si pemilik menambahkan menu-menu tersebut di jajaran masakan restoran bebek Bengil ini. Setelah menunggu agak lama karena keadaan resto yang ramai oleh pengunjung, pesanan pun datang. Wah, saya agak kaget melihat porsi bebek goreng yang saya pesan. Ukuran bebeknya lumayan besar, sekitar setengah ekor, ditambah dengan nasi putih, sambal mentah, dan lawar yang disediakan terpisah. Saya melihat pesanan Pak Bagus. Porsinya juga lumayan besar. Ada nasi putih, sate lilit, dan berbagai macam sayuran. Kami pun mulai menyantap makanan masing-masing.

Hmmm...rasa bebeknya gurih dan garing. Saya sempat tergigit tulang kecil bebek yang saya makan. Ternyata bisa dimakan dan rasanya juga renyah. Belum lagi rasa dagingnya yang lembut dan kaya akan bumbu bumbu khas Indonesia. Dan tidak ada bau amis, seperti bebek bebek lain yang pernah saya makan. Perasaan saya adalah bebek ini telah direndam terlebih dahulu dengan bumbu-bumbu khusus selama beberapa jam, sehingga rasa bumbu bumbu ini meresap sampai ke dalam dagingnya. Ditambah dengan sambal mentahnya yang memang pedas, memang tidak salah kalau bebek Bengil ini begitu terkenal di kalangan para pecinta kuliner domestik maupun international. Saya menanyakan pada Pak Bagus bagaimana rasa nasi campur yang dia pesan. Dia bilang sate lilitnya lembut, nasinya pulen, dan rasa di berbagai sayurannya memang penuh dengan cita rasa khas Bali, pedas dan spicy. Jadi, saya mengambil kesimpulan, secara keseluruhan untuk bebek dan nasi campurnya sepertinya merupakan menu andalan di restoran bebek Bengil ini.

Untuk harga makanan di restoran bebek Bengil ini, memang lumayan tinggi dibanding makanan yang pernah saya makan di tempat lain. Ketika saya makan disana waktu itu (thn 2009), untuk porsi yang saya pesan, harganya sekitar Rp 80.000 kalau tidak salah. Untuk nasi campurnya, saya lupa. Tapi dengan porsi dan rasanya, saya rasa cukup pantas dan sesuai, karena saya puas sekali makan di restoran ini. Suasana resto yang asri, sejuk, ditambah pelayanan yang ramah, membuat saya ingin kembali kesana kalau saya ke Bali lagi.

Buat Anda yang ingin ke Bali, luangkan waktu sejenak untuk amkan di resotan bebek Bengil ini. Semoga apa yang saya rasakan, bisa Anda dapatkan juga ketika makan disana. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment